Sabtu, 02 April 2016

SANDI UNO TEKUN, BERKOMITEN, DAN RELIGIUS


SANDI UNO SELAIN TEKUN DAN BERKOMITMEN BELIAU JUGA RELIGIUS




Sandiaga Salahudin Uno adalah seorang  pengusaha muda di Indonesia.  Anak ke dua dari pasangan Henk Uno dan Mien R Uno adalah ikon kebangkitan wirausahawan bangsa. Beliau juga dinobatkan sebagai “Entrepreneur of the year” oleh Entreprise Asia Tahun 2008. Saat masuk jajaran orang paling kaya di negeri ini, usianya baru 39 tahun. Yang lebih istimewa lagi, kesuksesannya diraih hanya dalam waktu 10 tahun.

Beliau terlahir dari keluarga yang tak mempunyai latarbelakang dunia bisnis. Sebagian besar keluarganya adalah seorang pengajar, sementara Sang Kakak bergelut di bidang teknologi.

Awalnya beliau adalah seorang pegawai biasa di sebuah perusahaan. Tamat dari The Wichita State University tahun 1990, beliau mendapat kepercayaan dari perintis Grup Astra, William Soeryadjaja untuk bergabung dengan Bank Summa. Selang 1 setengah tahun, ia mendapatkan beasiswa dari Bank tersebut untuk melanjutkan studinya di The George Washington University. Naasnya, saat sedang berkuliah di sana, Bank Summa malah gulung tikar.  Selesai lulus dari sana tahun 1993, beliau bekerja di sebuah perusahaan investasi di Singapura, yaitu Seapower Asia Investment Limited dan menjabat sebagai  manajer investasi. Setahun kemudian, beliau bekerja di sebuah perusahaan migas di Kanada bernama NTI Resources Ltd. Sebagai Executive Vice Precident dengan gaji US$ 8.000 per bulan.

Namun krisis moneter tiba-tiba melanda, menghantam semua lini perekonomian, termasuk juga Perusahaan tempat beliau bekerja. Beliau pun terkena PHK. Semua hasil jerih payahnya yang diinvestasikan ke pasar modal juga ludes akibat ambruknya bursa saham global. Akhinya beliau memboyong keluarganya pulang ke kampung halaman di Indonesia.  Di tanah air, beliau menumpang di rumah orangtuanya lantaran tidak punya uang untuk menyewa rumah.

Dari kondisinya itu, beliau sadar bahwa apapun yang telah direncanakannya bisa hancur kapan saja dalam seketika. Namun begitu, beliau tetap menjalaninya dengan rasa syukur. Ada banyak hal yang harus disyukuri, bukan disesali. Pendidikan tinggi, pengetahuan tentang keuangan, jaringan internasional yang dimiliki, dan karakter serta integritasnya menjadi modal utama untuk bangkit. Modal nonfinansial inilah yang dimaksimalkan oleh beliau, meskipun belum memiliki modal finansial.

Beliau kemudian merubah mindsetnya, dari awalnya ingin menjadi seorang pekerja yang profesional, menjadi seorang wirausahawan. Bersama teman sekolahnya dahulu, Rosan Perkasa Roeslani, beliau mendirikan PT Recapital Advisor. Perusahaan yang bergerak di bidang penasehat keuangan perusahaan-perusahaan. 3 tahun pertama adalah masa-masa mereka membangun kepercayaaan. Sulitnya waktu itu, untuk bertemu klien saja sampai tak punya uang. Selain itu, kantornya pun tak memadai, sehingga ada kecenderungan klien mengganggap kalau perusahaan mereka gak bonafide. Untuk membayar karyawan yang hanya berjumlah 3 orang saja susah. Bahkan, pernah selama 6 bulan mereka tak mendapat order. Sempat terbesit untuk mundur, tapi hal itu cepat-cepat ditepisnya.

Titik baliknya adalah di tahun ke 4-5. Dengan memberikan 100 persen dan full comitment terhadap usahanya, akhirnya para pelanggan, klien, nasabah maupun investor bisa memberi kepercayaan kepada mereka. “Chance never knock at your door twice. Kesempatan datangnya hanya sekali, jika ia datang, segera ambil dan kerjakan sekarang juga” katanya. Namun apa hendak dikata, usaha tak selalu semulus dengan hasil seperti yang diharapkan. Pada waktu itu, perusahaan yang ditanganinya tidak membayarnya dengan uang, melainkan dengan stationary kantor, mobil tua, dan saham. Awalnya mereka menerimanya dengan berat hati, namun dengan pemanfaatan yang tepat, ketiga hal tersebut berguna untuk pengembangan kantor. Mobilnya dijual untuk membayar karyawan, stationary  kantor digunakan untuk operasional di kantor, dan sahamnya diinvestasikan. Tak disangka, pengalaman itu menjadi inspirasi. Bayaran berbentuk saham menjadi sumber keuangan yang terus menjanjikan.

Sistem kerja Recapital dilakukan dengan cara menghimpun modal investor untuk mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang hampir collapse. Perusahaan itu dibenahi dan dikembangkan. Setelah kembali sehat, aset perusahaan itu dijual kembali dengan value yang lebih tinggi dari harga akuisisi.

Pencapaiannya adalah buah dari pergulatan panjang. Itu semua berkat semangat pantang menyerah, komitmen yang kuat, keteguhan hati untuk memegang amanah dan memberikan yang terbaik, serta teamwork yang solid. Semua bermula dari sebuah mimpi untuk bisa survive. Tercatat saat ini Recapital memilik 12 ribu karyawan dan menghasilkan belasan anak perusahaan.

Selain Recapital, beliau juga mendirikan PT Saratoga Investama Sedaya, bersama Edwin Soeryadjaya, anak seorang pencetus Astra. Bidang yang digarap pun sama, yaitu di bidang investasi. Fokus bisnisnya cukup luas, yaitu meliputi pertambangan, telem=komunikasi, produk kehutanan, dll. Bahkan kini Saratoga memiliki saham yang besar, 33% di PT Adaro Energy Tbk, sebuah perusahaan batu bara terbesar ke empat di dunia.
“saya selalu yakin, setiap masalah pasti ada solusinya”

Empat Pilar Kesuksesan

Pilar pertama: Kerja keras
-          Tekun, ulet dan tahan banting
-          Gagal itu biasa, takut gagal itu aneh
-          Selalu menjaga optimisme

Pilar kedua: Kerja cerdas
-          Visioner dan pintar membaca peluang
-          Belajar dari para pendahulu

Pilar ketiga: Kerja tuntas (Finish what you started)
-          Fokus dan konsisten
-          Punya manajemen resiko
Pilar keempat: Kerja ikhlas

“Dengan empat kiat tadi, saya yakin apa yang kita jalankan juga akhirnya bukan saja membuahkan hasil, tapi juga ketentraman bagi kita. Karena pada ujungnya kalau kita ikhlas, apapun hasilnya tentunya kita serahkan kepada Allah SWT”.

Berkat buah pikir dan dedikasinya, beliau pernah menjadi ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) tahun 2005-2008. Beliau juga menjadi Ketua Komite Tetap Bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tahun 2004-2010. Beliau juga aktif di Asia 21 dan menjadi anggota Asia Society’s 2008 Asia Fellow. Pernah juga menjadi anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN), juga tercatat sebagai pendiri AKSI (Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia). Hingga kini, beliau masih terdaftar sebagai Bendahara Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Saat masih aktif di UMKM, beliau berperan dalam upaya menurunkan suku bunga bank. Beliau merangkul pemerintah dan 6 bank penyalur kredit untuk berkomitmen menjamin penambahan alokasi kredit Rp 7 triliun bagi pengusaha mikro, kecil, dan menengah. Itu semua demi kemajuan perekonomian negara kita. Beliau juga membuat gagasan untuk memasukan kurikulum kewirausahaan ke dalam lembaga pendidikan. Hal itu untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan di kalangan pemuda. Universitas-universitas mempunyai peranan penting sebagai tempat munculnya talenta-talenta yang akan memicu munculnya inovasi.

Beri mereka ikan, mereka akan hidup sehari
Beri mereka kail, mereka akan hidup lebih lama
Beri mereka ilmu membuat kail, mereka akan menghidupi lebih banyak orang
Negara ini membutuhkan pencipta lapangan kerja
Yang muda, yang berkarya

Bayangkan, caleg saja gampang didapat. Kemarin untuk pemilu legislatif saja sudah terdaftar sebanyak 500 ribu caleg. Sementara itu, cari pengusaha 100 ribu saja susah,” katanya. Keprihatinan itulah yang membuatnya enggan terjun di dunia politik. “Indonesia butuh pengusaha. Politikus sudah banyak,” candanya.

Ternyata, dari semua keberhasilannya, ternyata ada sebuah kunci yang sering beliau lakukan; beliau tak lepas dari shalat dhuha serta rajin berpuasa. Subhanallah.

SUMBER : http://www.rend.web.id/2012/10/sandiaga-uno.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar